Selasa, 24 Mei 2016

X-Men Apocalypse Bangkitnya Mutan Tertua

Setelah awal tahun dibuka dengan Deadpool, disusul dengan Batman V Superman dan Captain America : Civil War. Mei ini akhirnya tayang film yang saya tunggu seri trilogi yang ke-3 X-Men : Apocalypse. Kayaknya tahun ini bioskop dihajar terus sama film-film superhero ya, belum lagi nanti Marvel Dr. Strange akhir tahun 2016.

X-Men Apocalypse menurut saya.......
Dibuka dengan scene di Mesir berabad-abad tahun yang lalu dimana En Sabah Nur sang mutan pertama yang lahir di mesir melakukan ritual transfer atau penggantian jiwa ke tubuh yang masih baru supaya tetap bisa hidup abadi. dibantu oleh mutan-mutan kuat yang disebut The Four Horsemen (semacam bodyguard), namun di tengah tengah ritual itu, rakyat mesir yang muak dengan keberadaan En Sabah Nur yang mereka anggap dewa palsu, mereka berusaha menggagalkan ritual itu dan berhasil. karena ketidak sengajaan, En Sabah Nur kembali bangkit dan berniat membersihkan dunia.

Begitulah awal pembangunan cerita En Sabah nur, jujur hal yang terbaik dari film ini adalah pembangunan latar belakang asal usul si leluhur mutan itu. didukung dengan scoring yang tepat sehingga membuat penonton makin penasaran. 
Film ini bersetting di tahun 1980an berarti lanjutan dari X-Men First Class, mungkin maju beberapa tahun dan disini diperkenalkan mutan-mutan utama X-men yang masih remaja : Scott Summer (Cyclops), Jean Grey (Phoenix), Ororo munroe (Storm) dan beberapa mutan lainnya yang masih belajar di Mansion nya Prof. Charles Xavier. Kenapa timeline-nya membingungkan begini? salahin aja Wolverine yang udah me-reset timelinenya di film X-Men : Days of Future Fast :D


Bagian tengah film ini diisi dengan perekrutan The Four Horsemen yang baru diantaranya adalah Erik Lehnserr (Magneto) dan si seksi Psylocke (Wajah pemerannya sekilas mirip aktris indonesia Hannah Al Rasyid :D). Seperti film superhero pada umumnya, sang pahlawan pun mengumpulkan teman teman mereka buat menghadapi musuh dengan dipimpin oleh Raven aka Mystique (Lho Kok?). Banyak hal menarik di film ini seperti kecepatan si Quicksilver yang agak imbalance dan lebih tepatnya seperti melambatkan waktu daripada mempercepat diri -_-, juga aksi Jean Grey di akhir film yang berhasih me-release kekuatan terpendamnya yaitu Phoenix (UUps Spoiler).

Menurut saya sang sutradara, Bryan Singer terkesan terlalu buru-buru dalam mematikan karakter En Sabah Nur, harusnya para X-Men dibuat betul-betul susah payah dulu dalam menghadapinya. Jangan lupa difilm ini ada cameo Wolverine sebagai subjek percobaan Weapon X. 

Apakah X-men akan dilanjut? kalaupun lanjut mudah-mudahan ganti sutradara tapi backgroundnya berdasarkan trilogi ini. Selamat Menonton :)